Pahlawan dan Ibu Rumah Tangga

Mempersandingkan aktivitas suami-istri tentu lebih bermakna ketimbang mempersaingkan keduanya. KDRT mungkin saja lahir dari konsep “saing”, bukan “sanding”. Saling tuding atas kesalahan anak juga lahir darinya. Uang banyak dengan cara yang tidak halal bisa menjadikan asupan gizi anak tidak baik untuk pertumbuhan mental. Bila bangsa ini dijejali dengan anak yang bermental tidak sehat, apa kata dunia!

Anggota keluarga yang dimotori IRT perlu mempertanyakan sumber uang yang dibawa suaminya yang pejabat negara. Korupsi dan manipulasi uang rakyat dapat dicegah jika setiap IRT rewel dalam hal yang satu ini. Bisa jadi semua pejabat yang menzalimi, menguras uang rakyat atau jatah hidup bawahannya akan segera sadar bila IRT bertindak seperti itu.

Sentripetal-sentrifugal
Mendorong IRT mengasuh anak adalah tugas bersama. Pemberdayaan perempuan tentu tidak terlepas dari konteks tersebut. Perusahaan yang melarang suami-istri bekerja di sana bisa dikembangkan lagi. Banyak suami memilih berhenti bekerja untuk mengasuh sambil mengembangkan bakat pribadinya, seperti Bapak Ramadhan KH dan juga yang banyak dilakukan istrinya. Kondisi seperti ini perlu didukung pemerintah melalui insentif finansial, sosial, ataupun moral. Penghargaan semacam itu perlu diberdayakan di seluruh lini yang ada. Suami tidak perlu bangga dengan istri yang bekerja menyaingi dirinya, demikian sebaliknya, atau tidak boleh menghina istri ataupun suami yang berstatus IRT.

Terserah siapa yang mau jadi pahlawan. Yang lebih penting lagi adalah kesadaran menghargai pahlawan. Penghargaan yang dimaksud bukan dengan mengunjungi makamnya, melainkan teladan yang baik ketika ia hidup perlu “dilestarikan”, sementara yang ditinggal belajar darinya. Ketika posisi ini diambil alih IRT, “jenderal” pun harus takzim kepadanya seperti Nagabonar. Dengan kelemahlembutan IRT, anak mendapat asah, asuh, dan asih dengan segenap jiwa raganya. Jika setiap IRT seperti itu, mungkin tidak ada cerita geng motor yang brutal, anak pelaku kejahatan, atau koruptor yang bicaranya tulus tetapi hatinya bulus.

Pemerintah perlu mendorong kegiatan PKK ataupun Dharma Wanita untuk tidak berlomba menciptakan kegiatan sosial yang berujung sok-sial karena tugasnya sebagai IRT jauh lebih mulia ketimbang kegiatan sosial itu sendiri. Keberdayaan IRT dalam mengasuh anak akan menjadikan lingkungan sosial sehat bagi banyak pejabat negara agar amanah dalam bertugas. Bisa saja pemerintah memilih pejabat dari keluarga dengan IRT yang baik dan sederhana, bukan dari yang royal dan arogan. Semoga banyak lahir pahlawan di negeri tercinta ini. Pahlawan dan Ibu Rumah Tangga

Oleh Asep Sumaryana
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0711 … /29635.htm

HPZ9F4ETA7TC

Pages ( 2 of 2 ): « Sebelumnya1 2

Tinggalkan komentar

Show Buttons
Hide Buttons