Ketahui Apa Itu Difteri, Penyebab & Gejala Yang Mungkin Terjadi Pada Anda

– Terjadinya radang tenggorokan dan juga serak

– Keluarnya cairan pada hidup seperti lendir

– Terjadinya deman dan juga menggigil

– Batuk yang cukup keras

– Perasaan yang tidak nyaman

– Tenggorokan yang dilapisi dengan selaput tebal berwarna abu-abu

– Pembengkakan yang terjadi pada leher

– Terjadinya masalah pada pernapasan ketika menelan

– Adanya perubahan yang terjadi pada penglihatan

– Bicara yang cukup melantur

– Tanda-tanda shock seperti kulit yang berkeringat, jantung berdebar cepat dan juga kulit yang pucat dan juga dingin.

– Tubuh yang lemah dan juga lelah

– Mengalami pilek ketika awalnya cair, namun lama-kelamaan menjadi kental sehingga tercampur dengan darah.

– Terjadinya pembengkakan kelenjar limfe yang terjadi pada leher

– Difteri juga bisa menyerang kulit sehingga menyebabkan luka seperti borok (ulkus). Meskipun ulkus bisa sembuh dalam beberapa bulan, tetapi biasanya akan meninggalkan bekas yang terjadi pada kulit.

Mungkin masih ada beberapa tanda dan juga gejala yang tidak disebutkan di atas yang tentunya bisa dikhawatirkan sebagai gejala dari penyakit tertentu. Untuk itu, segeralah konsultasikan dengan dokter Anda untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut lagi.

Waktu Yang Tepat Ke Dokter

Setelah kita mengetahui akan gejala dan juga penyebab dari penyakit difteri. Tentunya, kita juga harus mengetahui kapan waktu yang terbaik kita untuk pergi ke dokter. Tentunya, Anda harus segera menghubungi dokter ketika Anda tahu bahwa Anda sudah bersentuhan dengan penderita difteri. Meskipun memang belum menimbulkan gejala apapun, tentu sangat penting bagi kita untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Namun tentunya Anda juga harus segera periksakan diri ke dokter ketika terdapat beberapa gejala seperti yang sudah kami sebutkan di atas untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Diagnosa Penyakit Difteri

Dalam mendiagnosa penyakit difteri ini tentunya dokter akan menanyakan beberapa hal seputar gejala yang dialami oleh pasien. Selian itu, dokter juga akan mengambil beberapa sampel dai lendir yang ada di hidung, ulkus kulit dan juga tenggorokan untuk diperiksa di laboratorium. Untuk itu, orang yang diperiksa harus menunggu terlebih dahulu hasil yang didapat dari laboratorium untuk memastikan apakah Anda memang terkena penyakit difteri ataukah tidak.

Jika hasil laboratorium menyatakan bahwa Anda positif terkena penyakit difteri tentunya dokter akan menyarankan Anda untuk segera mendapatkan pengobatan. Dalam hal ini tentunya dokter akan menjalani berbagai perawatan di dalam ruang isolasi di sebuah rumah sakit. Hal ini dikarenakan penyakit difteri harus dipisahkan karena menjadi salah satu penyakit yang menular. Dalam langkah pengobatan tentunya dokter akan memberikan dua jenis obat yaitu antioksin dan juga antibiotik.

Dalam hal ini tentunya antibiotik sangat penting untuk diberikan karena bisa membunuh bakteri sehingga menyembuhkan infeksi. Dosis untuk penggunaan antibiotik ini tentunya memang tergantung dari tingkat keparahan akangejala dan juga berapa lama pasien menderita difteri. Sebagian besar orang tentunya bisa keluar dari ruang isolasi setelah mengonsumsi antibiotik selama 2 hari. Namun, dalam mengonsumsi antibiotik tentunya Anda harus menghabiskannya selama 2 minggu.

Penderita tentunya akan menjalani pemeriksaan di laboratorium untuk melihat ada atau tidaknya difteri di dalam darah. Jika memang masih ditemukan tentunya dokter akan menyarankan Anda untuk melanjutkan penggunaan antibiotik selama 10 hari. Dalma hal ini pemberian antioksin memang bertujuan untuk menetralisasi  racun atauu toksin difteri yang menyebar ke seluruh tubuh. Sebelum memberikan antioksin kepada pasien tentunya dokter akan mengecek terlebih dahulu apakah pasien tersebut alergi obat ataukah tidak. Jika memang pasien memiliki riwayat alergi terhadap obat tentunya dokter akan memberikan dosis yang rendah sambil melihat perkembangan dari kondisi pasien.

Untuk pasien difteri yang mengalami kesulitan dalam bernapas tentunya akan ada hambatan membran abu-abu di dalam tenggorokan. Dengan kondisi ini tentunya dokter akan melakukan pengangkatan membran. Sedangkan untuk pasien difteri dengan gejala ulkus di dalam kulit akan dianjurkan untuk membersihkan bisul dengan menggunakan air dan juga sabun secara seksama. Selain penderita dari difteri tentunya keluarga dan juga orang-orang terdekat juga disarankan untuk diperiksa oleh dokter untuk mengetahui apakah tertular ataukah tidak.  Untuk keluarga terdekat tentunya dokter akan menyarankan untuk melakukan tes dan juga mengonsumsi antibiotik sebagai proteksi untuk mencegah penyakit ini muncul.

Pencegahan Penyakit Difteri

Setelah kita mengetahui akan gejala, penyebab dan juga cara mendiagnosa penyakit difteri. Tentunya, kita memerlukan suatu cara utuk mencegah penyakit tersebut agat tidak terjadi kepada kita dan juga buah hati kita. Untuk itu ada beberapa langkah pencegahan yang bisa Anda lakukan yakni dengan vaksinasi. Dalam mencegah dengan vaksin ini tentunya dilakukan dengan pemberian imunisasi difteri yang ada di dalam vaksin DTP.

Jenis vaksin ini meliputi difteri, pertusis, tetanus, dan juga batuk rejan. Vaksin ini tentunya termasuk ke dalam salah satu imunisasi yang wajib dilakukan bagi anak-anak Di Indonesia. Pemberian vaksin ini tentunya harus dilakukan selama 5 kali ketika usia anak 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, satu setengah bulan hingga 5 tahun. Selanjutnya akan diberikan vaksin sejenis (Tdap/Td) sebagai booster ketika usia 10 tahun dan juga 18 tahun. Vaksin Td ini tentunya bisa diulangi setiap 10 tahun untuk memberikan perlindungan yang maksimal.

Mencegah penyakit difteri tentunya menjadi lebih penting dibandingkan dengan mengobati penyakit ini. Untuk itu, kita harus senantiasa hidup sehat dan bersih agar bisa terhindar dari berbagai penyakit yang bisa menyerang tubuh kita. Itulah beberapa hal yang bisa Anda ketahui mengenai apa itu difteri, penyebab, gejala dan cara mencegahnya. Semoga bermanfaat!

Pages ( 2 of 2 ): « Sebelumnya1 2

Tinggalkan komentar

Show Buttons
Hide Buttons