
Bayi-bayi juga membutuhkan air ketuban untuk perkembangan paru-paru. Paru-paru seorang bayi yang baru lahir mirip dengan pembungkus plastik yang kusut. Ketika sebuah janin, menghisap air ketuban, dia merangsang produksi jaringan-jaringan paru-paru untuk berkembang. Namun, terlalu banyak insulin pada si anak, seperti dalam kasus diabetes selama hamil, menghambat produksi surfactan, bisa memperlambat perkembangan paru-paru dan menimbulkan stress pada bayi yang baru lahir.
Air ketuban juga merupakan perangkat diagnosis yang hebat karena dia memberi kita isyarat-isyarat tentang perkembangan yang sedang terjadi di dalam rahim. Selain terendam di dalam air ketuban, yang membantu melatih janin untuk menyeimbangkan dirinya dalam ruang, layaknya seorang pesenam, janin juga secara konstan menghisap dan mengembuskan cairan tersebut, kira-kira 340 ml perhari, atau kurang dari 500 ml. Sang janin memuntahkan kembali kira-kira setengah dari jumlah itu dan sisanya dikeluarkan dalam bentuk air seni. Air ketuban diperbarui seluruhnya setiap tiga hari, jadi bukan cairan yang sama sepanjang kehamilan.
Ada beberapa alasan jumlah air ketuban berubah-ubah, dan para dokter menaksir volumenya untuk mengenali potensi maasalah. Contoh jika dokter mendeteksi terlalu banyak cairan saat pemeriksaan USG, bayi itu mungkin bermasalah dalam sistem menelan dan pencernaan. Terlalu sedikit cairan bisa berarti ginjal-ginjal janin tidak berkerja sebagaimana mestinya.