Ilmu Ikhlas Dari Janin Saya

. Alhamdulillah saya mempunyai dokter yang sangat baik, dia berusaha menenangkan saya dan mengatakan, menangislah dan tenangkan diri. Setelah itu dia menjelaskan bahwa janin saya tidak berkembang sesuai usia kehamilan. Saya menanyakan penyebab hal itu bisa terjadi dan menurut dr. Onto banyak hal yang menyebabkan janin tidak berkembang, antara lain : bisa jadi pada saat pembuahan kualitas sel telur atau sperma tidak bagus atau bisa jadi saya punya penyakit jadi supply darah ke janin tidak sempurna, dll. Kemungkinan ini dikarenakan tokso, menurut dokter tidak karena kalau terkena virus TORCH, kebanyakan si ibu akan abortus spontan. Untuk mengetahui penyebab pastinya, dilakukan curetase (kuret) dan jaringannya akan diperiksa di lab. Karena saya tidak mau putus asa dan percaya begitu saja, saya menanyakan harapan untuk mempertahankan kehamilan saya, dokter mengatakan harapannya sangat kecil dan saya memutuskan untuk mempertahankan sekecil apapun harapannya. Sekali lagi saya beruntung mempunyai dokter yang tidak mau mematikan harapan calon ibu walaupun dokter itu sendiri sudah tahu kenyataannya (sekedar informasi, dr. Onto adalah dokter senior dan dia sering menulis artikel mengenai kehamilan). Akhirnya dia mengatakan kepada saya untuk tetap minum obat penguat dan vitamin dan menunggu sampai 2 minggu ke depan, kemudian akan di usg lagi dan dilihat perkembangan bayinya. Jika tidak ada perkembangan, akan dikuret sebelum saya mendapat pendarahan hebat. Yang perlu bunda ketahui, apabila janin tidak berkembang sampai 3 bulan, otomatis janin tersebut akan luruh dengan sendirinya dan kita akan mengalami pendarahan yang sangat banyak. Hal inilah yang harus kita waspadai, karena belum tentu kondisi kita siap menghadapi pendarahan tersebut. Jika hal ini terjadi, segeralah ke rumah sakit, tidak perlu menunggu suami pulang kantor karena akan membahayakan jiwa si ibu.

Sebelum saya keluar dari ruangannya, dr. Onto sempat mengingatkan saya bahwa jodoh, rejeki, kematian di tangan Tuhan. Itu semua adalah rahasia Allah. Jadi, tetaplah jadi muslim yang selalu ingat hal itu kalau memang terjadi hal yang tidak diinginkan (i’m so lucky to have a doctor like you, thanks doc ^_*). Selama perjalanan pulang kerumah, saya menangis dan suami terus menenangkan saya dengan mengatakan bahwa ini bukan akhir keputusan, masih ada harapan, besok kita cari dokter yang bagus, dll (Makasih sayang..i luv u so much *_*). Tetapi kata-kata itu tetap saja tidak bisa menenangkan hati saya. Siapapun pasti akan seperti saya apabila mendapat berita seperti ini. Saya tidak nafsu makan walaupun pulang kantor suami sudah membelikan makanan yang saya pesan. Saya tidak bisa tidur, kejadian di RS terus terbayang dan membuat saya menangis. Suami menguatkan saya dan mengingatkan bahwa saya harus “fight”, saya tidak boleh sedih karena nanti baby nya sedih. Kalau saya sedih, itu akan memperparah kondisi saya. Hal itulah yang membuat saya berusaha tegar. Malamnya saya tahajud, memohon dengan segala kelemahanku agar saya dan janin yang ada didalam kandungan diberi kekuatan, diberikan perlindungan. Saya juga memohon untuk diberikan kesabaran dan keikhlasan jika memang saya harus kehilangan bayiku (menulis ini membuat airmata saya mengalir karena saya ingat betul bagaimana kondisi saya saat itu, bagaimana galaunya hati saya, bagaimana saya berusaha berkomunikasi dengan bayiku agar bertahan ?). Airmata terus mengalir seperti tak ada habisnya. Besok harinya, Rabu 23 Februari 2011, saya penasaran untuk mencari “second opinion” karena bisa jadi sesenior apapun dokter, siapa tahu ada kesalahan (maaf ya dok, hehehe :p). Ini juga dikarenakan rasa tidak percaya dan belum terima dengan kenyataan yang ada. Akhirnya teman saya menyarankan salah satu dokter dan setelah saya googling, dokter tersebut punya referensi yang baik. Dia salah satu dokter di Brawijaya W&C Hospital, namanya dr. Dewi Rumiris, SpOG. Karena tidak sabar bertemu dokternya, saya kejar di tempat prakteknya pagi itu (RSIA Muhammadiyah Taman Puring). Saya belum menceritakan apa yang terjadi pada saya karena saya pengen tahu analisa dr. Riris (nama panggilannya). Ternyata hasil usg juga mengatakan hal yang sama, janin saya tidak berkembang dengan baik. Melihat layar monitor dan melihat janin saya, itu benar-benar membuat saya menangis lagi. Kantung kehamilan saya mulai tidak baik bentuknya, mungkin dikarenakan janin yang tidak berkembang jadi otomatis kantung kehamilan pun tidak berkembang. Dokter menyarankan untuk di kuret dan itu menghancurkan hati saya. 2 bulan saya merasakan jadi ibu dan harus direbut begitu saja. Ada penolakan yang teramat besar yang saya rasakan. Ada rasa tidak terima terhadap perkataan dokter. Tapi apa yang harus saya lakukan ? mencari 3rd opinion ? 4th opinion ? kalau hasilnya sama, apakah saya harus mencari sampai belasan atau puluhan dokter ? intinya adalah saya tidak mau bayi saya diambil, intinya adalah mental saya belum siap, intinya adalah SAYA BELUM IKHLAS :'(.

Keluar dari ruangan dokter, saya terus-terusan menangis. Semua suster yang ada di poli itu berusaha menenangkan saya, sampai kasir pun berusaha menghibur saya (makasih untuk semua karyawan RSIAMTP ?). Saya memutuskan untuk pulang ke rumah karena saya ingin menenangkan perasaan saya, saya ingin menelepon orang tua saya, yang paling utama adalah saya ingin menangis sepuas hati saya sebelum saya benar-benar kehilangan. Ibuku berkata, IKHLASLAH nak..Ini pasti yang terbaik dari ALLAH.. Apapun yang kita usahakan, ALLAH Maha Tahu yang terbaik untukmu.. Pasti ada hikmah dibalik semua kejadian.. lebih baik sekarang, usia janin masih kecil daripada nanti usia kandungan sudah besar dan sudah berbentuk bayi itu akan lebih menyakitkan lagi.. itu lebih menyedihkan lagi.. dan akhirnya setelah merasa siap, saya berangkat ke RS bersama suami. Habis maghrib, saya dipasang laminaria yang berfungsi untuk membuka rahim (dikarenakan saya belum pernah melahirkan jadi jalan lahir belum terbuka). Laminaria dipasang pada saat kita dalam keadaan sadar, dan itu membuat saya tegang, gemetar dan ketakutan. Laminaria tidak berhasil masuk ke dalam leher rahim saya (cuma setengah yang masuk) dan akhirnya dikeluarkan lagi. Dokter memutuskan untuk menggunakan obat yang memancing kontraksi. Obat di minum jam 4 subuh, jam 6 sarapan dan dilanjutkan dengan puasa. Puasa dilakukan untuk mengatasi efek mual dan muntah akibat penggunaan obat bius. Jam 10. 30 saya di berikan obat lagi untuk melunakkan rahim dan jam 11.00 saya mulai dipasang infus yang isinya setengah obat bius. Jam 12.00 saya di bawa ke ruang bersalin, saya mulai menangis lagi. Bukan karena takut sama prosesnya tapi karena akhirnya proses ini musti saya jalani. Akhirnya saya dikuret :'(( (de, maafin bunda ya tidak bisa menjagamu dengan baik :-(. Diruang bersalin airmata semakin deras, obat bius yang sudah dimasukkan ke dalam infus tidak mempan membuat saya tenang apalagi tidur. Suami terus menemani saya, menenangkan saya, saya pun tidak lupa untuk terus berdoa dan berdzikir, memohon kelancaran dan memohon diberikan KEIKHLASAN. Jam 12.30 saya mulai dipasangi oksigen, tensi automatic, dan dihubungkan dengan monitor untuk melihat detak jantung. Dokter anesthesi menyuntikkan obat bius dan saya pun langsung terlelap. Kuret dilakukan oleh dr. Riris dibantu oleh dokter anesthesi dan 2 bidan. Setengah jam kemudian proses selesai, saya dibangunkan tetapi masih “melayang”. Saya baru bisa bangun dari tempat tidur pukul 15.00 dan sayapun kembali menangis (cengeng ya saya :p). Alhamdulillah semua proses berjalan lancar. Jaringan hasil kuret langsung dibawa ke lab untuk diperiksa. Saya pulang malam itu juga dengan mata bengkak ?. Selama berapa hari setelah kuret, saya masih saja menangis. Hmmmm.. berat rasanya…

Hari jumat, 4 maret 2011 saya kontrol dan dokter menjelaskan hasil lab. Alhamdulillah endometrium (dinding rahim tempat menempelnya janin) saya sesuai dengan usia hamil artinya bahwa benar saya hamil, dinding rahim saya kuat, tidak ada masalah. Dan alhamdulillah banget disitu juga dijelaskan bahwa benar jaringan yang diambil adalah jaringan dari orang hamil. Karena ditakutkan bahwa flek yang ada atau keguguran yang terjadi itu disebabkan MOLA. Perlu bunda ketahui mola adalah keganasan rahim yang ciri-cirinya seperti orang hamil. Terlambat haid dan jika dilakukan test pack hasilnya positif, ada mual, muntah dan ngidam. Jadi kurang lebih sama seperti orang hamil padahal sebenarnya tidak hamil. Mola juga dikenal dengan sebutan hamil anggur. Mola perlu diwasapadai. Jadi walaupun saya kehilangan janin tetapi saya sangat bersyukur bahwa saya masih diberikan kesehatan, bahwa saya benar hamil. Alhamdulillah hasil tes TORCH saya juga negatif. Berarti kesimpulannya adalah janin saya tidak bekembang dikarenakan pada saat saya belum mengetahui bahwa saya hamil saya sempat panas tinggi, 2 hari panas saya tidak turun. Karena khawatir, suami saya membawa saya ke RS. 2.5 jam di rs, suhu saya naik dari 39 menjadi 39.4. akhirnya dokter memberikan obat penurun panas. Sebelumnya saya sudah wanti-wanti ke dokter bahwa saya sedang program hamil jadi jangan diberikan obat yang berbahaya buat saya. Semakin lama suhu tubuh saya semakin naik tetapi malamnya saya pulang. Saya diberikan 6 macam obat dan 3 hari lagi disuruh cek darah. Obat tersebut saya minum dan 2 hari kemudian saya mulai muntah tetapi saya tidak curiga hamil karena saya belum telat. Besoknya saya mulai muntah dipagi hari, karena curiga saya coba test pack dan Alhamdulillah hasilnya positif padahal itu belum tanggal haid saya. Obat langsung saya stop. Seminggu setelah telat haid, saya langsung ke dokter dan melakukan usg. Hasil usg menunjukkan bahwa benar saya hamil dan janin saya sehat, berkembang sesuai usia kehamilan saya.

Ini pelajaran buat semua bunda yang baru mau hamil, bahwa jika kita merasa tidak enak badan, jangan langsung minum obat. Istirahatlah dan makan yang benar. Jika memang bunda mengalami hal seperti saya, panas yang tidak turun-turun dan harus di bawa ke rs, sebaiknya lakukan tes kehamilan karena bisa jadi bunda sudah hamil walaupun bunda belum telat haid. Jadi dokter benar-benar selektif untuk memberikan obat dan bunda berada dibawah pengawasan dokter Obsgyn. Kejadian saya itu ibarat kata seperti ini, saya saja orang dewasa dengan suhu tubuh seperti itu sudah tidak berdaya, tidak sanggup untuk berdiri dan melakukan aktivitas alias lemah apalagi janin dalam kandungan saya. Panas tinggi membuat janin saya ikut sakit dan kemungkinan tidak kuat dengan suhu hampir 40. Ditambah pada saat pembentukan janin, saya minum obat-obatan. Penyesalan yang tidak ada duanya buat saya ?. Sungguh pelajaran paling berharga buat saya.

Keikhlasan saya benar-benar sedang diuji dan apakah saya lulus dalam ujian ini ? insya Allah saya mampu menyelesaikan ujian ini. 2 minggu yang paling berat buat saya karena saya harus kehilangan saat-saat menikmati mual, rasa lapar tiap 3 jam dan menikmati mengelus perut saya. 2 minggu ini saya berusaha tegar, berusaha meyakinkan hati saya bahwa inilah yang terbaik. ALLAH tidak pernah salah. 2 minggu ini saya berusaha untuk menguatkan mental saya, apalagi banyak orang yang belum mengetahui kejadian yang menimpa saya. Jadi tiba-tiba ada yang telepon, sms dan bbm hanya untuk menanyakan bagaimana kondisi saya, bagaimana kondisi baby saya. Ada pula yang mengucapkan selamat atas kehamilan saya. 2 minggu yang melelahkan buat saya karena kondisi fisik belum pulih benar ditambah saya harus menata hati dan mental saya.

IKHLAS..itulah obat yang paling ampuh untuk mengobati ini semua…

IKHLAS..itulah kata yang menguatkan saya…

IKHLAS..itulah tindakan yang meluluskan saya dalam ujian ini…

Pages ( 1 of 2 ): 1 2Berikutnya »

Tinggalkan komentar

Show Buttons
Hide Buttons