Bolehkah Ibu Hamil Memakai Pembersih Vagina?

Vagina memang menjadi sebuah tempat yang rentan terhadap bakteri dan juga jamur. Hal tersebut tentunya disebabkan oleh kondisi vagina yang lembab dan basah. Selain itu, vagina memang berhubungan langsung dengan lingkungan luar terutama setiap kali kita membersihkannya.

Vagina yang lembab dan juga kering memang tidak luput dari bakteri dan juga kuman yang menempel di dalamnya. Tidak heran jika banyak wanita yang merasa tidak nyaman akan kondisi tersebut. Kuman dan juga bakteri yang berada pada vagina menyebabkan vagina menjadi gatal dan juga keputihan. Kedua kondisi tersebutlah yang membuat wanita kerap menggunakan cairan pembersih kewanitaan dengan harapan dapat mengurangi aroma bau dan juga gatal-gatal tersebut.

Terlepas dari kondisi tersebut ternyata ada hal yang harus diperhatikan ketika kita hendak menggunakan cairan pembersih kewanitaan. Karena tidak semua pembersih kewanitaan bagus dan juga aman untuk kebersihan vagina kita. Faktanya bahwa cairan pembersih kewanitaan banyak yang mengandung zat kimia dan juga pengawet yang tentunya sangat berbahaya bagi vagina kita.

Bolehkah Ibu Hamil Memakai Pembersih Vagina

Kondisi tersebut yang telah kami jelaskan di atas juga rentan dialami oleh ibu hamil. Rasa gatal dan juga keputihan yang cukup banyak pada vagina kerap menyerang ibu hamil. Lantas, bolehkah ibu hamil memakai pembersih vagina?

Terlepas dari boleh dan juga tidak boleh tentunya ini menjadi salah satu kondisi yang sangat membingungkan bagi ibu hamil. Hal ini dikarenakan jika ibu hamil tidak menggunakan cairan pembersih vagina, maka rasa gatal dan juga keputihan akan terus menyerang wanita. Namun, jika menggunakan cairan pembersih vagina tentunya dikhawatirkan takut terjadi sesuatu yang tentu akan berbahaya bagi ibu dan juga janin.

Ibu hamil tentunya sangat rentan mengalami rasa gatal dan juga keputihan pada saat hamil. Hal ini memang sangat wajar terjadi karena pada saat hamil seorang wanita mengalami peningkatan hormon sehingga kadar pH organ intim berubah. Kondisi inilah yang memang membuat ibu hamil kerap mengalami keputihan.

Seperti yang kita tahu bahwa keputihan yang menyerang ibu hamil dapat dikatakan berbahaya jika kadar keputihan berlebihan. Keputihan yang banyak serta berwarna kuning kehijauan tentunya wujud keputihan yang dapat membahayakan janin di dalam kandungan. Seperti yang kita tahu bahwa keputihan dapat mempengaruhi janin di dalam kandungan sehingga dapat membuat janin lahir lebih cepat dari waktu yang seharusnya.

Dengan kondisi tersebut tentunya membuat ibu hamil berpikir dan mencari cara yang paling tepat untuk mencegah keputihan dan juga rasa gatal tersebut menyerangnya. Untuk itu, mereka beralih perhatian untuk menggunakan cairan pembersih vagina untuk mengurangi rasa tidak nyaman tersebut. Akan tetapi, cara tersebut seringkali bertentangan dengan anjuran dari bidan, dokter bahkan rasa takut yang berasal dari diri sendiri.

 Apa Boleh Ibu Hamil Memakai Pembersih Vagina?

Terlepas dari pertanyaa tersebut ini tentunya menjadi PR besar bagi wanita terutama ibu hamil yang mengalami masalah keputihan dan sering mengalami rasa gatal. Pastinya, seorang ibu hamil akan tertarik untuk menggunakan produk dan ingin merasakan langsung manfaatnya akan kesembuhan pada vagina. Namun, banyak pernyataan yang tidak membolehkan ibu hamil menggunakan cairan pembersih vagina.

Semua orang tahu bahwa produk pembersih vagina yang saat ini beredar di pasaran mengandung bahan kimia dan juga pengawet. Bahan tersebut tentunya sangat berbahaya bagi vagina bahkan janin di dalam kandungan. Namun, memang ada pula cairan pembersih vagina yang terbilang aman dan juga tidak berbahaya bagi vagina. Hal ini tentunya tergantung dari kandungan dan juga jenis bahan yang ada di dalamnya. Beberapa pembersih vagina mungkin dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik di vagina. Kondisi tersebut tentunya menimbulkan infeksi pada vagina.

Pembersih vagina seperti penggunaan cairan douching dengan cara yang disemprotkan tentunya mengandung bahan kimia yang dapat mengganggu keseimbangan pH pada vagina Anda. Cairan pembersih wanita pada umumnya mengusir bakteri alami pada vagina dan juga menggantinya dengan bakteri yang baru. Nah, bakteri inilah yang dapat menyebabkan infeksi pada vagina yang selanjutnya bisa menyebar langsung ke leher rahim, rahim bahkan sampai tuba falopi.

Tentunya Anda berpikir bagaimana bahaya jika hal tersebut terjadi ketika Anda tengah mengandung buah hati Anda. Ini tentunya salah satu penyebab yang dapat membahayakan keadaan janin di dalam kandungan Anda. Lambat laun dan berbahaya ataukah tidak tentu sedikitnya dapat mengganggu kehamilan Anda.

Untuk membersihkan vagina tidak juga disarankan untuk menggunakan sabun mandi. Hal ini dikarenakan sabun mandi memiliki kadar pH yang tidak sama dengan vagina. Dengan kandungan tersebut tidak baik sebagai bahan yang digunakan untuk membersihkan vagina dan akan menyebabkan kadar pH yang bertabrakan dan juga tidak seimbang nantinya.

Menggunakan cairan pembersih vagina memang disarankan, namun Anda disarankan untuk memilih pembersih vagina yang dapat mengembalikan kadar pH di dalam vagina. Alangkah lebih baiknya jika Anda memiliki pembersih vagina yang mengandung Povidone-Iodine. Ini merupakan suatu zat antiseptik yang memiliki spektrum yang luas sehingga mampu mengendalikan perkembangan infeksi topikal, penyebarannya, tidak mengganggu kekebalan terhadap antiseptik dan juga mampu mencegah beragam kuman patogen.

Akan tetapi, ketika Anda menggunakannya harus memperhatikan frekuensi dalam penggunaannya. Tentunya, jangan terlalu sering menggunakan cairan pembersih vagina karena pada dasarnya vagina sudah memiliki cairan pembersih alami yang dapat melawan bakteri dari luar. Yang paling penting cukup membersihkan bagian luar pada vagina saja.

Kenapa Area Vagina Wajib Diperhatikan Terutama Saat Hamil?

Terlepas dari pertanyaan tersebut tentunya ketika hamil seorang wanita rentan mengalami infeksi yang disebabkan oleh bakterial vaginosis. Bakteri ini tentunya dapat meningkatkan hormon estrogen terutama selama masa kehamilan. Bakteri inilah yang menyebabkan terjadinya keputihan dan juga bau yang tidak sedap pada vagina.

Tentunya, hormon estrogen yang meningkat dapat menyebabkan kadar pH pada vagina menjadi berubah. Hal ini tentunya dapat menyebabkan perubahan jumlah bakteri baik di dalam vagina meski dalam batas yang masih normal.

Pages ( 1 of 2 ): 1 2Berikutnya »

Tinggalkan komentar

Show Buttons
Hide Buttons