Tips Hebat Bantu Anak Atasi Perceraian Orangtuanya
Pernikahan dalam keluarga sejatinya adalah sebuah hubungan yang dijalin oleh sepasang suami dan istri yang saling mencintai dan mengasihi. Hubungan …
Pernikahan dalam keluarga sejatinya adalah sebuah hubungan yang dijalin oleh sepasang suami dan istri yang saling mencintai dan mengasihi. Hubungan …
Kegiatan mengasuh dan mendidik anak dalam rumah tangga adalah hal yang pasti yang akan dialami oleh setiap wanita yang akan menjadi calon ibu.
Sebab, tugas seorang wanita bukan hanya melahirkan dan membesarkan anak-anak saja, namun juga mereka dituntut untuk dapat mendidik, mengasuh dan membesarkan anak-anaknya agar menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas.
Memiliki teman ataupun sahabat adalah salah satu pondasi dalam kehidupan.
Seorang teman yag baik akan dapat memberikan pengaruh dan mengubah kehidupan anda kearah yang lebih baik. Untuk dapat memiliki teman, seseorang harus memiliki keterampilan sosial yang harus dilatih sejak usia dini, begitupun dengan anak-anak. Usia mereka yang masih begitu dini, terkadang membuat anak-anak kesulitan bersosialisasi dan mendapatkan teman dilingkungannya yang baru.
Di zaman yang semakin dewasa seperti saat ini, pengaruh lingkungan dan kemampuan adaptasi masyarakat terhadap sesuatu yang baru rupanya semakin pesat dan menguat.
Kehadiran tekhnologi yang semakin canggih, sedikit banyak menentukan sikap yang lahir dimasyarakat saat ini. Parahnya, hal serupa pun terjadi pada anak-anak. Kehadiran media informasi dan telekomunikasi, sedikitnya menyumbang sikap yang menggerakan anak untuk dapat meniru dan mengadaptasi apa yang mereka lihat.
Memiliki dan mengasuh anak kembar, memang menjadi kegiatan yang gampang-gampang susah.
Dalam hal medidik anak, orangtua bukan hanya dituntut untuk bisa mendisiplinkan dan membuat anak-anak mereka patuh pada apa yang diperintah oleh orangtua. Akan tetapi, hal yang paling penting dalam mengurus anak-anak adalah mendidik dan ikut serta dalam membangun karakter dalam diri anak. Dimana hal inilah yang seringkali membuat para orangtua kerepotan. Apalagi sewaktu mereka dihadapkan pada anak-anak kembar. Semakin banyak kepala yang harus diatur dan dididik, maka akan semakin membuat orangtua dituntut untuk ekstra cerdas mendidik anak-anaknya.
Senang dan bangga rasanya, jika sewaktu melihat si kecil bersikap sopan dan hormat dengan orang-orang yang anda di sekitarnya. Betapa …
Pada dasarnya pelajaran mengenal keuangan dan menghabiskan uang untuk jajan sudah seringkali dipahami oleh anak-anak terlebih dahulu.
Meskipun orangtua mereka mengklaim bahwa mereka tidak pernah mengajarkan anak-anaknya untuk jajan dan mengenal uang, namun pada kenyataannya di usia mereka yang masih begitu balita, anak-anak sudah mengenal jajan dan pergi ke warung untuk berbelanja. Nah, jika sudah begini terkadang orangtua dibuat bingung bagaimana harus menghadapi anak-anaknya. Dan pertanyaan yang paling sering muncul dalam benak para orangtua adalah berapakah besarnya jumlah uang saku yang harus diberikan?
Setiap orangtua tentunya ingin jika anak mereka bisa tumbuh menjadi seseorang yang cerdas dan mampu menguasai segala bidang ilmu pengetahuan.
Betapa tidak, memiliki anak yang cerdas dan berbakat akan tentu saja mengantarkan orangtua pada kesuksesannya dalam mendidik dan membesarkan buah hatinya. Anak-anak yang cerdas dan berbakat tidak akan sulit diterima didunia pekerjaan. Begitupun dengan lingkungannya, mereka yang cerdas akan cenderung lebih berguna dan dibutuhkan bagi lingkungannya. Serta tentunya, kecerdasan dan bakat pada diri anak tentu saja melahirkan generasi baru yang lebih berkualitas.
Pergeseran nilai dan norma sosial serta degredasi moralitas yang terjadi pada generasi muda saat ini seolah menjadi harga yang perlu kita bayar demi sebuah modernitas.
Tak sedikit orangtua yang memiliki anak saat ini mengeluhkan jika sikap sopan santun dan etika yang ada pada diri anak-anak semakin tak nampak, seolah anak-anak mereka tak mampu menunjukan tatak rama dan budi pekerti yang luhur baik pada orangtua maupun lingkungan sekitarnya.
Pada usia berapa anak-anak mulai boleh diberikan gadget seperti ponsel?
Pada kenyataan inilah yang banyak menuai pro dan kontra dan menjadi perdebatan dikalangan orangtua. Ada yang mengatakan bahwa anak boleh diberikan ponsel dan gadget lainnya selama berada dibawah pengawasan orangtua. Namun, adapula yang menolak dengan tegas untuk tidak memfasilitasi anak mereka dengan peralatan tersebut.
Setiap orangtua tentu mendambakan jika buah hati yang dimilikinya bisa menjadi seorang pemenang dalam hal apapun.
Ketika si kecil bisa memenangkan kompetisi sepakbola yang diikutinya, hal ini tentu saja akan membuat orangtua bahagia dan sekaligus bangga memiliki anak yang demikian. Hanya saja, tentunya dalam sebuah kompetesi tentu ada pihak yang menang dan ada yang kalah. Yang mana, menerima kekalahan umumnya belum bisa dilakukan anak-anak dengan lapang dada. Ketika anak kalah sewaktu mengikuti sebuah kompetesi, mereka akan cenderung mengekspresikan kekalahan ini dengan menangis atau bahkan mengamuk.
Mia dan Mila adalah sepasang anak kembar perempuan yang saat ini berusia 7 tahun.
Tahun ini adalah tahun pertama mereka masuk sekolah dasar. Satu hari sebelum masuk sekolah Mia dan Mila terlihat begitu gembira dan bersemangat agar mereka bisa segera menyongsong pagi mereka dan pergi ke sekolah dengan menyandang predikat anak SD. Sayangnya, ketika pagi hari mereka bangun untuk bersiap mandi pagi dan berangkat ke sekolah. Mila tiba-tiba meriang dan tubuhnya panas serta mengingil. Alhasil, ibu dari kedua anak kembar ini memutuskan untuk tidak mengizinkan Mila berangkat sekolah dan meminta Mia saudara kembarnya untuk pergi tanpa sang adik. Namun tiba-tiba, wajah Mia yang semalam terlihat begriut gembira dan bersemangat, kini malah menjadi murung dan tampak tak bersemangat. Ia mulai rewel dan merengek untuk tidak perg ke sekolah tanpa sang adik tercinta, ketika ibunya bertanya, Mia mengatakan bahwa ia tidak bisa melakukan sesuatu tanpa bersama-sama dengan saudara kembarnya.
Saat ini kita hidup diera digital dimana internet menyumbangkan banyak hal dalam kehidupan kita.
Ada banyak hal yang mempengaruhi kehidupan kita dengan adanya internet, salah satunya adalah mempermudah seseorang dalam melakukan banyak hal, termasuk dalam hal berkomunikasi. Dengan hadirnya internet, seseorang yang berada dibelahan dunia yang berbeda dapat dan mampu melakukan komunikasi secara langsung, dengan adanya internet sumber informasi menjadi semakin mudah didapat dan diakses.
Tidak ada orangtua yang menginginkan jika darah daging yang dilahirkannya ke dunia dengan susah payah, tumbuh menjadi seorang yang memiliki …
Meskipun hidup bersama-sama dalam satu atap dan merupakan darah daging sendiri, tak jarang sebagai orangtua kita sulit sekali mengenali emosi …
Tidak sedikit orangtua yang merasa kerepotan saat hendak membawa berlibur anak balitanya. Sehingga pada akhirnya, mereka memilih rumah sebagai tempat …
Mendidik dan mengajarkan anak merupakan kewajiban untuk setiap orangtua demi menghasilkan anak yang berbudi baik dan memiliki karakter yang berkualitas. …
Sebagai orangtua yang baik, tentunya kita menginginkan jika anak-anak bisa tumbuh dengan baik lewat pola didikan dan kasih sayang yang kita berikan.
Tak ada orangtua yang senang jika anaknya menderita atau merasa susah dengan perilaku yang dilakukan oleh orangtuanya. Untuk itulah, melakukan segala hal dan mengupayakan berbagai cara akan mereka lakukan semata-mata agar buah hati kesayangannya merasa aman nyaman dan tenang berada disamping ibu dan ayahnya.
Setelah libur semester yang begitu panjang, saatnya anak-anak kembali ke sekolah.
Dan umumya, anak-anak akan bersemangat dan senang untuk bisa kembali ke sekolah, selain kembali ke rutinitas biasanya, beberapa hal yang mereka senangi dari kembali ke sekolah setelah libur panjang adalah memiliki peralatan dan perlengkapan sekolah yang serba baru. Dari mulai ujung kepala hingga keujung kaki, umumnya orangtua mereka lebih sering memfasilitasi anak-anaknya dengan peralatan baru agar anak menjadi lebih ceria dan termotivasi untuk berangkat kesekolah.
Bukan hal yang asing jika anak-anak yang sekolah seringkali diberikan pekerjaan rumah alias PR oleh guru mereka di sekolah.
Tak lain tak bukan, tujuan para guru dalam memberikan pekerjaan rumah pada anak-anak didikknya adalah semata sebagai tugas tambahan untuk mengontrol agar anak tetap bisa belajar dan setidaknya mengingat pelajaran yang baru saja dibahas di sekolah. Sayangnya, tumpukan tugas dari sekolah ini seringkali membuat anak merasa tertekan dan stress apabila tidak ada dukungan dan pemahaman yang tepat kepada anak-anak. Hal inilah yang akhirnya memicu anak-anak enggan menyelesaikan pekerjaan rumahnya.