Tanda-Tanda dan Cara Atasi Konstipasi/Sembelit Pada Bayi

Masalah atau gangguan susah buang air besar bisa dialami oleh siapa saja dari berbagai usia, termasuk bayi.

Ketika menghadapi masalah seperti ini, biasanya para orang tua terlebih lagi orang tua yang baru saja mempunyai anak akan langsung panik dan khawatir. Hal ini memanglah dianggap wajar, karena mengingat sedikitnya pengalaman atau informasi dalam mengurus dan menangani bayi. Namun, saat ini anda jangan merasa khawatir, karena dengan bekal informasi yang cukup anda akan tahu seperti apa tanda-tanda dan cara penanganan yang tepat dan efekti dalam mengatasi konstipasi yang terjadi pada bayi anda.

Konstipasi atau yang sering disebut dengan istilah sembelit merupakan suatu keadaan dimana tinja atau feses bayi menjadi keras, tidak seperti biasanya. Sehingga, bayi akan mengalami kesulitan ketika buang air besar bahkan bisa jadi sampai berhari-hari. Seorang bayi akan dikatakan konstipasi atau sembelit apabila ia tidak buang air besar selama 3 hari dengan diiringi rasa yang tidak nyaman serta gelisah. Bahkan dengan kondisi seperti itu bisa saja bayi menjadi lebih sering menangis dan rewel. Sehingga efeknya bayi akan mengalami kolik serta sulit untuk makan.

Cara Mengetahui Bayi Konstipasi

Setiap bayi tentunya memiliki siklus tertentu, termasuk dalam masalah buang air besar. Untuk mengetahui apakah bayi anda terkena konstipasi atau tidak, maka anda bisa memperhatikan bagaimana siklus buang air besar pada bayi anda. Hal ini sangat penting untuk  diperhatikan dan telaah, karena jika terjadi di luar kebiasaan, maka anda bisa mengetahui atau mendeteksi dengan segara mungkin.

Anda pun harus mengetahui bahwa kebiasaan buang air besar pada bayi dipengaruhi oleh beberapa hal. Aktivitas, pola makan dan minum serta kemampuan tubuh bayi dalam mencerna makanan merupakan beberapa hal yang akan berdampak pada seberapa sering bayi anda buang air besar. Apabila salah satu faktor tersebut berubah, mungkin telat buang air besar akan terjadi pada bayi anda.

Namun, meskipun perubahan pada salah satu faktor di atas dapat merubah kebiasaan buang air besar bayi, tetapi tetap saja ada batasan toleransinya. Apabila bayi anda telat buang air besar atau kurang dari tiga kali dalam satu minggu, bentuknya lebih keras dibandingkan dengan biasanya meskipun frekuensinya tidak berubah, bayi anda merasa kesakitan serta tidak nyaman, maka sudah bisa dipastikan bahwa bayi anda mengalami susah buang air besar atau konstipasi. Namun, pada bayi yang masih berusia 0-5 bulan serta masih mengkonsumsi ASI, maka buang air besar selama seminggu sekali masih dianggap hal yang wajar.

Selain tanda-tanda yang sudah disebutkan di atas, bayi juga akan mengalami gejala-gejala jika ia susah buang air besar. Apa saja gejalanya? Berikut gejala bayi konstipasi atau susah buang air besar.

  • Bayi menjadi lebih rewel dan ia akan menangis sambil mengangkat kakinya karena ia merasa kesakitan yang disebabkan susah buang air besar
  • Perut bayi menjadi kembung
  • Bayi mengalami muntah
  • Berat badan bayi tidak naik yang bisa dilihat dari kurva pertambahan berat badan dalam setiap bulannya
  • Jika diraba perutnya menjadi lebih keras
  • Dalam kasus yang parah, maka akan ditemukan bercak darah pada popok atau celana bayi, hal ini disebabkan karena dinding rektum bayi sobek akibat feses yang keras

Apa Saja Penyebab Bayi Konstipasi

Sebagai orang tua, anda harus mengetahui apa saja penyebab bayi mengalami konstipasi agar keadaan ini bisa dicegah dan ditangani dengan lebih cepat. Berikut ini beberapa penyebab bayi mengalami konstipasi.

Susu Formula

Bayi yang masih mengkonsumsi ASI atau air susu ibu biasanya akan jarang mengalami konstipasi atau susah buang air besar karena mengingat air susu ibu merupakan makanan terbaik untuk bayi serta mudah dicerna. Dalam ASI terdapat beberapa bakteri baik yang mampu mengurangi protein susu yang sulit untuk dicerna, sehingga dengan begitu tinja bayi akan menjadi lebih lembut dan membuat buang air besar menjadi lebih mudah. Bayi yang masih mengkonsumsi ASI bisa jadi 3-5 hari tidak buang air besar. Namun, hal ini masih dianggap wajar karena ASI dapat diserap tubuh dengan baik, serta kotoran yang dihasilkan pun akan sangat sedikit. Selain itu, ASI juga mengandung hormon motilin. Dimana hormon tersebut dapat meningkatkan pergerakan usus bayi, serta memperlancar pencernaan.

Sementara itu, dalam keadaan tertentu ada beberapa ibu yang tidak mampu memberikan ASI kepada bayinya, sehingga dengan terpaksa harus memberikan susu formula. Ketika bayi masih berusia 4 bulan, tidak sedikit ibu yang sudah memberikan susu formula atau mencampur ASI dengan susu formula sebagai makanan tambahan bayi. Nah, bayi yang mendapatkan susu formula biasanya akan memiliki kecenderungan lebih besar mengalami masalah konstipasi atau susah buang air besar, hal ini disebabkan karena kandungan protein dan lemak yang ada pada susu formula tidak seimbang. Susu formula pun mengandung kalsium dan fosfor yang tinggi, dimana kandungan tersebut menyebabkan air yang terdapat pada tinja terserap ke dinding usus sehingga tinja bayi pun menjadi lebih keras. Pemilihan susu serta kadar keenceran susu yang tidak tepat pun bisa jadi salah satu penyebab tinja bayi menjadi keras sehingga ia akan mengalami sulit buang air besar.

Makanan Padat

Ketika bayi beralih mengkonsumsi makanan padat, maka pencernaan bayi akan kaget sehingga akan menyebabkan bayi sulit buang air besar. Hal ini memang wajar, terlebih lagi jika bayi anda terbiasa diberi makanan bertekstur cair.

Masa peralihan dari makanan cair ke makanan yang lebih padat memang sangat rentan menimbulkan konstipasi, terlebih lagi jika diberikan secara langsung makanan yang minim serat seperti misalkan nasi atau roti. Nah, untuk meminimalisir resiko bayi anda mengalami konstipasi, maka anda bisa memberikannya makanan yang kaya akan serat.

Pages ( 1 of 2 ): 1 2Berikutnya »

Tinggalkan komentar

Show Buttons
Hide Buttons