Sadari, Tak Semua Mainan Mampu Stimulasi Otak Anak dengan Efektif

Pernahkah terlintas dalam benak kita bahwa seringkali orangtua memaksakan anak-anak dan bayi mereka untuk dapat belajar?

Anggapan dan citra yang luar biasa pada anak-anak kecil yang sudah mampu belajar dan melakukan banyak hal yang edukatif diusianya, serigkali membuat orangtua mengharapkan bahwa kecerdasan dan kepintaran ini dapat tumbuh dan ditunjukan oleh anak-anaknya sejak mereka masih begitu kecil.

Membanggakan memang ketika anda membawa serta si buah hati kemanapun anda pergi dan ditengah perjalanan atau pada saat si kecil digabungkan bersama dengan anak-anak lain seusianya dan rupanya ia sudah mulai mampu menampakan kecerdasannya dalam berinteraksi dan belajar, semua orangtua tentu akan memberikan pujian padanya. Termasuk mungkin dalam hal ini anda akan mulai didekati para ibu lain dan menanyakan apa rahasia anda dalam mendidik anak anda menjadi begitu cerdas diusianya yang masih sangat belia.

Lantas sudah tepatkah langkah ini diberikan pada si kecil? Benarkah niat anda mendidik mereka belajar agar mereka pintar? Atau bisa jadi ada keinginan anda yang tidak anda sadari selama ini yang membuat anda dipuji oranglain atas apa yang anda lakukan pada si kecil.

Nah, sebaiknya koreksi kembali niatan anda untuk mengajarkan si kecil belajar saat usia anak masih begitu belia. Bukan sebuah kesalahan memang mengajarkan anak-anak untuk belajar sejak mereka masih kecil. Apalagi bila apa yang bunda ajarkan pada mereka dilakukan demi kebaikan mereka sendiri.

Dengan begini tidak akan terlalu sulit untuk si buah hati bisa beradaptasi guna mempersiapkan dirinya sebelum masuk ke sekolah. Anak-anak yang telah diajarkan untuk dapat mengenal pelajaran dan dasar-dasar dari pengetahuan akan tentu membuat mereka tidak terlalu kesulitan pada saat masuk sekolah nanti.

Akan tetapi tidak bijak juga rasanya apabila anda terus memaksakan kehendak anda agar mereka mau berlajar. Disadari atau tidak, seringkali orangtua memaksakan anak-anak mereka untuk belajar dengan membuka buku, berhitung, belajar menghafalkan huruf dan masih banyak lagi. Padahal, proses belajar tidak melulu didapat dari sebuah buku pelajaran.

Proses belajar lain yang dapat dilakukan adalah melalui mainan yang tepat. Ketika anak-anak bermain dengan game yang mengedukasi anak untuk dapat mengekplorasi kemampuan fisik, sosial, emosional dan kognitifnyaadalah media pembelajaran yang baik yang dapat diberikan pada si buah hati.

Tidak banyak orangtua yang menyadari bahwa bermain sebenarnya merupakan kegiatan yang amat sangat bermafaat untuk perkembangan sosial, emosional, fisik dan juga perkembangan kognitif si buah hatinya. Akan tetapi, fase perkembangan pesat dari lima faktor diatas tidaklah dapat berlangsung terlalu lama. Untuk itulah, sebaiknya orangtua mampu memanfaatkan mainan sebaik-baiknya agar kecerdasan pada anak bisa diasah dengan baik.

Periode Emas Pertumbuhan Anak Terbatas!

Satau-satunya organ tubuh yang tidak berkembang dengan sempurna saat bayi lahir adalah otaknya. Nah, ketika si kecil menunjukan ketertarikan dan antusiasmenya ketika mencoba game edukasi anak, maka hal ini bisa dijadikan media untuk orangtua dalam membantu perkembangan otaknya dengan lebih efektif.

Bukan dengan eksploitasi atau tidak juga dengan membiarkan anak begitu saja. Ingat kembali periode emas pertumbuhan pada si anak terbatas dengan waktu. Hanya lima tahun setelah si buah hati lahir ke dunia. Waktu ini tentu akan cukup singkat untuk anda membantu mereka dalam mengasah kemampuannya. Untuk itu, manfaatkan waktu-waktu tersebut untuk menstimulasi kemampuan otak anak secepatnya, tanpa harus menunggu si kecil masu sekolah.

Ya, sebagian orangtua tidak sedikit yang memilih mengulur-ulur waktu memberikan pelajaran atau mengajarkan buah hatinya dalam mengasah kemampuan otaknya. Mereka berpikir bahwa adakalanya pelajaran dalam mengasah kemampuan otak diajarkan disekolah.

Pages ( 1 of 2 ): 1 2Berikutnya »

Tinggalkan komentar

Show Buttons
Hide Buttons