Anak Anda Sering Menyombongkan Diri? Inilah Cara Menghadapinya!

Semua orang apsti pernah berbanggakan hati atas pencapaian yang berhasil didapatkannya, begitu pula dengan anda bukan?

Tidak dipungkiri perasaan bangga itu memang secara tidak sengaja diungkapkan secara narsisitik dan terkesan sombong. Contoh nyata jika anda berhasil dan jago di bidang masak-memasak, maka kita sering sesumbar jika makanan anda itu yang paling enak, meskipun terkadang anda bermaksud sebagai ungkapan bercanda namun jika terlalu sering melakukan hal tersebut di depan anak anda, maka sangat beresiko untuk kemudian ditiru oleh anak anda.

Kondisi meniru tersebut kadang bersatu dengan semangat anak yang memiliki naluri untuk berimajinasi, sehingga di masa tersebut anak-anak terlihat seperti yang congkak dan terlalu melebih-lebihkan kemampuan yang dimilikinya. Di usia anak-anak memang terkadang sebagian anak mengalami masa di mana ia membandingkan apa yang bisa ia lakukan dengan apa yang orang lain lakukan, dalam perbandingan tersebut mereka juga seakan tidak mau kalah hebat dari anak lainnya. Meskipun demikian masa tersebut akan segera berlalu dan mereka sendiri akan mulai menyadari apa yang mereka bisa lakukan dengan berdarakan pada fakta hasil prestasi yang mereka miliki.

 display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; Ada kalanya kita merasa jengah dan bosan dengan aksi anak anda tersebut yang terus menerus memamerkan kemampuannya dan terkadang mengarang dan melebihkan cerita-cerita mengenai kemampuannya tersebut. Di lain pihak anda juga terkadang merasa khawatir jika tidak dilakukan sesuatu hal tersebut bisa dibawa hingga usia dewasanya. Oleh karena itu berikut ini kita berikan beberapa tips serta saran apa yang sebaiknya anda lakukan untuk meredam aksi anak-anak tersebut dengan tidak memarahi atau membunuh semangat masa kecilnya yang besar tersebut.

Berikan Reaksi Sewajarnya

Anak-anak menyombongkan kemampuannya dan membandingkan kemampuannya dengan orang lain sebenarnya bukan berarti ia memiliki sifat egois dan bisa terbawa sampai dewasa, sebab hal tersebut hanya merupakan sebuah proses menuju kedewasaan saja. Ungkapan-ungkapan mulut besar seperti “ayahku paling hebat!”, “aku paling pintar” dan berbagai ungkapan lainnya sebagai bumbu-bumbu cerita agar terdengar sangat hebat di telinga teman-temannya. Namun tahukah anda jika sebenarnya ungkapan-ungkapan tersebut merupakan penggambaran dari harapan-harapannya terhadap apa yang ia ungkapkan. Sehingga cara yang paling bijak bagi anda untuk menyikapi ucapan-ucapan anak anda tersebut ialah dengan sewajarnya, anda jangan mencoba untuk menunjukan sikap yang terlalu excited atau menunjukan sikap yang tidak tertarik dengan apa yang ia ceritakan, dan memang hal ini sedikit agak tricky. Cobalah untuk tidak memarahinya ketika ia mulai berlaku demikian. Kemarahan anda kepada anak anda hanya akan melukai perasaanya dan membuatnya menjadi malu dan takut untuk ke depannya mengungkapkan hal-hal yang ia inginkan.

Ajarkan Menjadi Realistis

Benar adanya jika anda mengajarkan anak anda untuk bangga dengan apa yang ia mampu dan miliki, sebab dengan begitu anda juga menanamkan kepada mereka sikap untuk mampu mengenali potensi diri sendiri secara lebih baik dan tentunya itu sangat berguna di kehidupan dia di saat sudah dewasa. Namun penting juga untuk megajarkan ana menjadi pribadi yang realistis dengan kemampuannya. Pujilah dia sesuai dengan kemampuan yang ia miliki dengan tulus. Misalnya jika anak anda sudah menyajikan makanan seperti menyajikan roti berselai atau menyeduh minumannya sendiri dan ia menyombongkan diri sebagai chef yang terhebat, maka anda bisa mmberikan validasi atas kemampuannya dengan memujinya di dalam hal ia mampu, yakni roti ataupun minuman tertentu secara spesifik, dan tunjukan pula jika dengan mampu menyajikan makanan tersebut dengan caranya anda sudah bangga kepadanya dan ia tidak perlu menjadi chef terbaik dahulu untuk membuat anda bangga. Sebaliknya anda bisa memotivasinya sesuai dengan harapan-harapannya dan memupuknya menjadi sebuah potensi yang mungkin menjadi passionnya di saat ia dewasa nanti.

Pages ( 1 of 2 ): 1 2Berikutnya »

Tinggalkan komentar

Show Buttons
Hide Buttons